Biografi Abdul Kadir Raden Temenggung Setia Pahlawan
Abdul Kadir
merupakan putra seorang bangsawan Kerajaan Sintang. Beliau menjadi
pemimpin wilayah Melawi pada tahun 1845 menggantikan sang ayahanda.
Beliau mendapat gelar raden tumenggung dari Raja Sintang. Pada posisi
ini, Abdul Kadir berada dalam keadaan dilematis. Satu sisi, ia harus
patuh pada raja yang telah tunduk pada Belanda, tetapi di sisi lain
jiwanya sangat menolak bekerja sama dengan Belanda. Untuk itu, beliau
kemudian secara tersembunyi membangun pasukan bersenjata sebagai
persiapan melawan Belanda.
Rupanya, Belanda mencium rencana
pedawanan Abdul Kadir. Untuk meredamnya, Belanda kemudian memberikan
gelar Setia Pahlawan dan sejumlah uang tahun 1866. Namun, Abdul Kadir
tidak terpengaruh. Beliau tetap melakukan perannya sebagai pemimpin
pemerintahan dan perjuangan tanpa diketahui Belanda. Berkat kedudukannya
sebagai pemimpin pemerintahan, banyak informasi penting mengenai
kekuatan dan rencana serangan pasukan Belanda yang ia peroleh. Informasi
ini kemudian disampaikan kepada para pejuang sehingga Belanda sering
mengalami kekalahan. Tindakan yang sangat berbahaya ini beliau lakukan
dan tahun 1868-1875.
Belanda akhirnya mengetahui bahwa Abdul
kadir sesungguhnya merupakan pemimpin para pejuang. Sebuah serangan
besar dilancarkan terhadap markas persembunyian para pejuang. Abdul
Kadir juga ditahan di benteng Belanda di daerah Nanga Pinoh. Usia lanjut
membuat beliau tidak dapat bertahan lama di dalam penjara. Abdul kadir
wafat dalam tahanan dan dimakamkan di Natal Mungguk Liang, Melawi.
- Tempat/Tgl. Lahir : Sintang, 1771
- Tempat/Tgl. Wafat : Melawi, 1875
- SK Presiden : Keppres No. 114/TK/1999, Tgl. 13 Oktober 1999
- Gelar : Pahlawan Nasional
Masa pemerintahan Abdul Kadir diwarnai
kemajuan pembangunan dan perdamaian dengan menyatukan masyarakat Dayak
dan Melayu. Raden Tumenggung Abdul Kadir menyadari bahwa hanya dengan
bersatu perjuangan mengusir Belanda dapat berhasil
0 komentar:
Posting Komentar